Jakarta, Investrade.app - Ada yang suka marathon, ada juga yang suka sprint. Ga ada yang salah, asal bisa sama-sama bisa sampai tujuan. Begitu juga sebagai investor, ada yang cocok investasi saham ada juga yang trading. Keduanya punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Yuk, kita bedah satu per satu biar kamu bisa tahu mana yang paling cocok buat gaya investasi saham kamu!
Baca juga: Rahasia Dibalik Kesuksesan Investasi Saham
Investasi Saham Jangka Panjang: Beli dan "Lupakan"
Konsep investasi saham jangka panjang itu ibarat kamu menanam pohon. Kamu tanam bibitnya (beli saham), rawat sebentar (pantau perusahaan), lalu biarkan tumbuh besar sendiri. Nggak perlu disiram tiap jam, apalagi digali-gali terus buat ngecek akarnya!
Para penganut aliran jangka panjang ini biasanya nggak terlalu peduli dengan fluktuasi harga saham harian atau bahkan bulanan. Fokus mereka adalah nilai intrinsik perusahaan dan potensi pertumbuhannya di masa depan. Mereka percaya, kalau perusahaan bagus, harganya pasti akan naik dalam jangka waktu panjang (bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun).
Cocok buat siapa?
- Pemula saham yang punya modal terbatas tapi mau hasil maksimal.
- Yang nggak punya banyak waktu buat mantau pasar saham setiap hari.
- Yang sabar dan disiplin, nggak gampang panik lihat harga turun dikit.
- Yang punya tujuan keuangan jangka panjang (misalnya, dana pensiun, dana pendidikan anak).
Keunggulan:
- Minim Stres: Kamu nggak perlu pusing mikirin IHSG yang naik turun setiap hari. Tidur pun lebih nyenyak!
- Biaya Transaksi Rendah: Karena jarang jual beli, biaya broker (komisi) yang kamu keluarkan juga jadi minim.
- Potensi Keuntungan Besar: Kalau kamu pilih perusahaan yang tepat dan sabar, potensi keuntungannya bisa berkali-kali lipat dari modal awal. Lihat saja kisah-kisah sukses investor saham legendaris seperti Warren Buffett.
- Dapat Dividen: Sebagai investor saham jangka panjang, kamu berkesempatan dapat dividen secara berkala, yang bisa jadi sumber pendapatan pasif.
Kekurangan:
- Butuh Kesabaran Ekstra: Hasilnya nggak instan. Kamu harus siap menunggu bertahun-tahun.
- Perlu Analisis Fundamental: Kamu harus paham cara menganalisis laporan keuangan dan prospek bisnis perusahaan. Ini butuh waktu dan kemauan untuk belajar.
- Risiko Perusahaan: Meskipun jangka panjang, tetap ada risiko kalau perusahaan yang kamu pilih ternyata kinerjanya memburuk atau bangkrut.
Trading Cepat (Trading Harian/Jangka Pendek): "Gerak Cepat, Cuan Cepat!"
Nah, kalau trading cepat ini kebalikannya. Ibarat kamu ikut balapan lari cepat. Fokusnya adalah mengambil keuntungan dari pergerakan harga saham yang kecil-kecil dalam waktu singkat (harian, mingguan, atau bulanan). Para trader ini sangat aktif memantau grafik harga, berita, dan pergerakan IHSG setiap saat.
Mereka nggak terlalu peduli dengan fundamental perusahaan, tapi lebih fokus pada pola pergerakan harga (analisis teknikal) dan sentimen pasar. Mereka berharap bisa beli di harga rendah dan jual di harga tinggi dalam waktu singkat, lalu mengulanginya terus.
Baca juga: Kenapa Perlu Sabar Saat Investasi Saham?
Cocok buat siapa?
- Yang punya banyak waktu luang buat mantau pasar.
- Yang suka tantangan dan berani ambil risiko.
- Yang punya modal cukup besar dan siap kehilangan sebagian.
- Yang punya pengetahuan analisis teknikal yang mumpuni.
Keunggulan:
- Potensi Keuntungan Cepat: Kalau strategi dan momentumnya pas, kamu bisa dapat keuntungan dalam hitungan jam atau hari.
- Modal Cepat Berputar: Dana yang kamu punya bisa terus berputar, nggak ngendap lama di satu saham.
- Belajar Cepat: Kamu akan belajar banyak hal tentang dinamika pasar saham dalam waktu singkat.
Kekurangan:
- Stres Tingkat Tinggi: Harga saham bisa berubah drastis dalam sekejap. Ini butuh mental baja dan bisa bikin jantung berdebar kencang!
- Biaya Transaksi Tinggi: Karena sering jual beli, biaya broker yang kamu keluarkan bisa jadi sangat besar dan menggerus keuntunganmu.
- Risiko Kerugian Cepat: Sama seperti potensi untung cepat, potensi rugi cepat juga besar. Salah langkah sedikit, modal bisa terkuras.
- Butuh Pengetahuan Teknis Mendalam: Kamu harus paham berbagai indikator teknikal, pola grafik, dan manajemen risiko yang ketat.
- Bukan untuk Pemula Saham yang Nggak Punya Ilmu: Jujur aja, trading cepat ini sangat tidak disarankan untuk pemula saham yang belum punya ilmu dan pengalaman cukup. Ibarat mau ikut balap mobil, tapi belum tahu cara injak gas dan rem.
Mana yang Lebih Baik untuk Pemula Saham?
Kalau kamu baru banget mau terjun ke dunia investasi saham, saran kami: mulai dengan investasi jangka panjang!
Kenapa? Karena investasi saham jangka panjang jauh lebih ramah untuk pemula saham. Kamu punya waktu lebih banyak untuk belajar, mengurangi stres, dan potensi kerugian besar di awal-awal juga lebih minim (asalkan pilihan saham-nya tepat). Kamu bisa fokus belajar tentang perusahaan, membaca berita ekonomi yang berhubungan dengan IHSG, dan membangun portofolio secara bertahap.
Setelah kamu punya pengalaman cukup, modal yang lebih besar, dan pemahaman yang lebih dalam tentang dinamika pasar saham, barulah kamu bisa mempertimbangkan untuk mencoba trading jangka pendek, itu pun dengan alokasi modal yang terpisah dan risiko yang sudah kamu perhitungkan matang-matang.
Sesuaikan dengan Tujuan dan Karakteristikmu!
Pada akhirnya, pilihan antara investasi saham jangka panjang dan trading cepat kembali lagi ke kamu. Sesuaikan dengan tujuan keuanganmu, waktu luangmu, toleransi risikomu, dan tentunya, tingkat pengetahuanmu sebagai investor saham.
Jangan tergiur janji-janji manis keuntungan instan dari trading cepat kalau kamu belum siap ilmunya. Mending jalan pelan tapi pasti, daripada lari kencang tapi tersandung di awal.
Terus belajar dan jangan pernah berhenti menggali ilmu di dunia saham ini ya! Ada pertanyaan lain seputar investasi saham? Yuk, baca artikel di Investrade.app
ra/ra