Jakarta, Investrade.app - Investor mungkin akan lebih waspada di September ketimbang bulan lainnya, karena dianggap bulan terburuk untuk berinvestasi. Meskipun imbal hasil historis mungkin mendukung gagasan penurunan pasar bulan ini, bukan berarti semua harapan telah hilang.
Berdasarkan pendekatan historis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam 10 tahun terakhir (2015-2024) rata-rata mengalami penurunan sebesar 1,81% sepanjang September. Sementara dari sepuluh kali perdagangan di September, IHSG hanya mampu dua kali berada di zona positif dan sebanyak delapan kali berakhir di zona merah.
Edit captions...
September effect menggambarkan fenomena di mana imbal hasil pasar saham seringkali negatif sepanjang bulan. Tergantung pada periode yang dianalisis, data historis memperkuat legitimasi konsep ini, tetapi kinerja masa lalu belum tentu merupakan prediktor imbal hasil di masa mendatang.
Efek September tradisional dapat mencerminkan perubahan perilaku yang diakibatkan oleh peristiwa berulang seperti siswa kembali ke sekolah atau libur akhir pekan Hari Buruh, menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Manajemen Keuangan oleh para peneliti di INSEAD, Universitas Nasional Singapura, dan Sekolah Ekonomi Erasmus dan Institut Tinbergen.
Studi tersebut melaporkan bahwa laba turun 0,6% hingga 1% setelah libur sekolah besar di AS, seperti libur musim panas, yang dapat menyebabkan buruknya kinerja pada bulan September.
Penjelasan potensial lain untuk pengembalian yang buruk pada bulan September adalah dampak psikologi pasar , menurut JP Morgan Wealth Management.
Sentimen ini tidak didasarkan pada bukti nyata tetapi lebih didasarkan pada faktor emosional atau kognitif, yang menunjukkan penurunan kinerja pasar disebabkan oleh keyakinan investor terhadap Efek September daripada efek itu sendiri.