Jakarta, Investrade.app - Harga emas dunia pecah rekor posisi tertinggi sepanjang masa usia menembus level US$3.500 per troy ons. Pencapaian ini didorong oleh kondisi ekonomi yang belum stabil.
Pada penutupan perdagangan Selasa (2/9/2025), harga emas dunia menguat signifikan 1,64% di level US$3.532,93 per troy ons dan merupakan posisi tertinggi sepanjang masa.
Rekor yang pecah ini diiringi oleh penguatan harga selama enam hari beruntun pertama kali sejakl awal April 2025 di mana menjadi awal perang dagang.
Harga emas yang capai rekor didorong oleh permintaan masif logam mulia di tengah meningkatnya keyakinan akan penurunan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dan risiko politik serta ekonomi yang masih ada.
"Pasar emas memasuki periode musiman yang kuat untuk konsumsi, ditambah dengan ekspektasi penurunan suku bunga pada pertemuan The Fed bulan September. Kami terus memperkirakan rekor tertinggi baru," ujar Suki Cooper, analis logam mulia di Standard Chartered Bank dikutip Rabu (3/9/2025)
FedwatchTool memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed 17 September hampir 92%. Emas yang tidak memberikan imbal hasil biasanya diuntungkan dalam lingkungan suku bunga yang lebih rendah.
Di sisi lain, analis mengatakan rekor emas tahun ini telah didukung oleh pembelian berkelanjutan oleh bank sentral, diversifikasi dari dolar AS, permintaan safe haven yang kuat di tengah ketegangan geopolitik dan perdagangan, serta pelemahan dolar secara luas.
Ketidakpastian seputar kebijakan AS di bawah Presiden Donald Trump juga telah menambah daya tarik logam mulia ini. Perselisihan dengan pejabat The Fed, termasuk kritik terhadap Ketua Jerome Powell dan desakan untuk mencopot Gubernur Lisa Cook, telah menimbulkan kekhawatiran atas independensi bank sentral.
"Tuduhan terhadap Cook merupakan peringatan yang jelas bagi anggota FOMC lainnya untuk tunduk pada tekanan pemerintah atas penurunan suku bunga yang substansial, hal ini membuat investasi emas lebih menarik dalam situasi seperti ini," menurut catatan Commerzbank, merujuk pada Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).